Gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga menjadi saksi seminar pendidikan profetik dan kepemimpinan di era digital pada Sabtu (16/12), di mana Program Madrasah Memanggil menjadi sorotan utama. Koordinator relawan Madrasah Memanggil, Moh. Husni Mubaroq, menjelaskan program tersebut dalam seminar yang melibatkan Pascasarjana IAIN Madura dan Pascasarjana UIN Suka Yogyakarta.

Dalam upayanya untuk memberikan kontribusi nyata terhadap pendidikan dan masyarakat, Husni mengungkapkan inisiatif dari program Madrasah Memanggil. Ahmad Arifi, pemateri dari UIN Suka, mendapatkan paparan rinci mengenai program tersebut. Madrasah Memanggil dijelaskan sebagai program sukarelawan yang melibatkan berbagai pihak, sebuah gerakan kolektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan madrasah.

“Hadir sebagai mahasiswa Pascasarjana, kami bersama relawan lainnya turun langsung ke madrasah-madrasah untuk memberikan pengajaran dan pelatihan,” ujar Husni.

Dalam kesempatan tersebut, Husni juga meminta doa dan masukan agar program ini dapat terus eksis dan memberikan manfaat yang nyata bagi madrasah. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa koordinasi dengan mahasiswa di Yogyakarta sudah dilakukan untuk melibatkan mereka dalam program Madrasah Memanggil di daerah pedalaman.

“Ini merupakan bagian dari program Perkumpulan Guru Madrasah Nasional Indonesia (PGMNI) bersama kami untuk berbakti kepada bangsa,” tambahnya.

Dr. Akhmad Arifi memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini dan berharap agar Madrasah Memanggil terus dilanjutkan. Ia menekankan pentingnya memiliki karya yang bermanfaat bagi orang lain, tidak hanya dari segi keilmuan tetapi juga berdasarkan amal perbuatan.

“Siswa tidak hanya perlu beriman semata, tetapi juga harus memiliki keilmuan yang luas. Dan keduanya tidak cukup, tetapi juga harus beramal atau memiliki karya,” ungkapnya.

Dalam konteks pembahasannya, Arifi mengingatkan bahwa mahasiswa harus menjadi agen perubahan dalam mewujudkan pendidikan profetik kepada masyarakat. Selain itu, ia menyoroti pentingnya kecerdasan dalam bermedia di tengah kemudahan akses informasi oleh masyarakat.

“Saat ini masyarakat sangat mudah mengakses informasi di berbagai platform media, oleh karena itu, manfaatkanlah untuk sesuatu yang bermanfaat,” tegas Arifi.

Kaprodi PAI IAIN Madura, Maimun, juga menambahkan bahwa tema yang diangkat dalam seminar tersebut sangat penting untuk menyelaraskan pendidikan dengan visi kenabian atau kerasulan, dengan menyebut sosok Nabi Muhammad sebagai model ideal sebagai pendidik, tidak hanya pada abad ke-7 M, tetapi juga sebagai imaginary educator hingga saat ini.