Berita mengenai bayi yang tewas akibat suara petasan di Gresik, Jawa Timur telah memicu kekhawatiran dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Berdasarkan laporan, bayi berusia 38 hari yang diidentifikasi dengan inisial HDN meninggal dunia setelah mendengar ledakan petasan yang sangat keras. Bayi tersebut merupakan anak dari pasangan suami istri Nur Hasim dan Nur Faizah.

Insiden ini menunjukkan bahwa masalah suara petasan yang sangat keras telah menjadi masalah serius di Indonesia, terutama selama momen Lebaran. Banyak orang mengeluh tentang penggunaan petasan di pemukiman padat, terutama oleh anak-anak dan remaja, yang seringkali tidak memperhatikan waktu dan lokasi di mana petasan dinyalakan. Namun, berapa kencang suara petasan yang bisa merusak pendengaran hingga menyebabkan kematian?

Menurut Gina Noor Djalilah, seorang dosen spesialis anak di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya, suara petasan atau ledakan memiliki ambang batas yang sangat berbahaya. Bahkan bisa berpengaruh pada organ pendengaran khususnya pada organ-organ vital seperti otak, jantung, paru dan lainnya. “Pada suara petasan memiliki frekuensi 150-175 desibel sedangkan pada manusia ada di batas 30-90 desibel,” ujar Gina dilansir dari laman UM Surabaya. Gina menyebut tekanan yang terlalu besar melampaui batas dapat merusak anggota otak.

Ia mengatakan, tekanan tersebut bisa mensensitisasi batang otak yang juga memiliki banyak fungsi seperti pusat pernapasan, pendengaran, dan pengaturan suhu. “Sehingga selain pendengaran yang terganggu, tekanan yang besar yang dihasilkan dari suara petasan dapat menjadi faktor pencetus apabila bayi memiliki kelainan sejak lahir misal penyakit jantung bawaan, kejang saat bayi dan lainnya. Jadi, penyebab dari pecah pembuluh bukan menjadi faktor penyebab utama,” imbuh Gina lagi. Ia menjelaskan, suara keras dari petasan belum tentu menjadi penyebabnya namun bisa menjadi pemicu awal terjadinya kondisi tersebut.

Gina juga mengungkapkan, pada bayi masih terdapat reflek moro atau refleks kaget yang bisa muncul saat suara keras terjadi. Ia menyebut, bayi berusia di bawah 60 hari rentan mengalami cedera kepala. Oleh karena itu, para orang tua harus lebih aware terkait permainan yang digunakan anak-anak saat bermain. Hal ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pada kasus ini.

Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam mengawasi anak-anak mereka ketika bermain dengan petasan atau benda lain yang berisiko. Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka tidak terpapar suara petasan yang terlalu keras dan harus mengawasi anak-anak mereka ketika bermain dengan petasan.

Selain itu, Gina juga menambahkan bahwa perhatian orang tua pada anak-anaknya selama bermain sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Terutama pada saat-saat penting seperti momen-momen liburan yang cenderung banyak dihabiskan bersama keluarga dan sahabat.

Pada momen-momen tersebut, petasan seringkali menjadi mainan yang sangat digemari oleh anak-anak. Karena itu, orang tua harus memberikan pengawasan yang cukup ketat saat anak-anak bermain petasan, dan memastikan bahwa mereka memahami betul mengenai bahaya yang dapat terjadi apabila mereka tidak bermain dengan benar.

Lebih lanjut, Gina juga mengungkapkan bahwa orang tua sebaiknya tidak membiarkan anak-anaknya bermain petasan tanpa pengawasan yang cukup ketat. Selain itu, orang tua juga perlu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bermain dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.

Dalam hal ini, Gina menyarankan agar orang tua memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai cara yang tepat dalam menggunakan petasan, seperti memperhatikan waktu dan tempat yang tepat, serta memastikan bahwa mereka menggunakan petasan dengan benar dan tidak berlebihan.

Dalam menjaga keamanan dan kesehatan anak-anak saat bermain petasan, Gina juga menekankan pentingnya untuk selalu memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Apabila ada tanda-tanda kelainan atau gejala yang mengkhawatirkan, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Selain itu, Gina juga menyarankan agar orang tua lebih waspada pada momen-momen khusus seperti perayaan tahun baru atau perayaan hari raya. Pada momen-momen tersebut, petasan seringkali menjadi lebih banyak digunakan, dan risiko kecelakaan atau cedera yang terjadi juga menjadi lebih tinggi.

Dalam menghadapi momen-momen penting tersebut, Gina menyarankan agar orang tua selalu memberikan pengawasan yang ketat pada anak-anaknya, dan mengajarkan mereka untuk selalu bermain dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.

Dalam kesimpulannya, kasus bayi yang meninggal akibat suara petasan ini menjadi pelajaran berharga bagi semua orang untuk lebih waspada dalam menghadapi momen-momen penting seperti liburan dan perayaan hari raya. Orang tua harus memberikan pengawasan yang cukup ketat pada anak-anaknya, serta mengajarkan mereka untuk selalu bermain dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.

Di samping itu, pemerintah dan masyarakat juga perlu lebih gencar dalam melakukan kampanye mengenai bahaya petasan, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara yang benar dalam menggunakan petasan. Dengan cara ini, diharapkan risiko kecelakaan dan cedera akibat penggunaan petasan dapat diminimalisir, dan semua orang dapat merayakan momen-momen penting dengan aman dan meriah.