Meskipun upaya untuk menciptakan kampus yang aman, nyaman, dan sehat telah diadvokasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), kasus bunuh diri mahasiswa di Yogyakarta akibat gangguan mental masih menjadi perhatian publik.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek, Prof. Nizam, telah menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam menjadikan kampus sebagai lingkungan yang aman dan mendukung mahasiswa. Menurutnya, masyarakat seharusnya menerima mahasiswa dari luar kota sebagai anggota keluarga sendiri.

Aktivitas organisasi di komunitas juga dianggap krusial untuk membangun aspek sosial, kedewasaan, tanggung jawab, dan kepemimpinan mahasiswa. Partisipasi dalam kegiatan sosial, seperti kerja bakti, dianggap dapat memperkuat hubungan dengan masyarakat sekitar dan mendukung kesehatan psikologis.

Yogyakarta, yang menjadi tujuan pendidikan bagi banyak mahasiswa dari berbagai daerah dengan sekitar 60 persen mahasiswa berasal dari luar provinsi, memerlukan upaya bersama untuk menjadi lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan sehat.

Prof. Nizam juga menyoroti literasi finansial sebagai salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kesejahteraan mahasiswa. Dia menekankan pentingnya menghindari pinjaman online berbahaya dengan mengelola belanja sesuai dengan kemampuan keuangan.

Selain itu, Prof. Nizam mencatat perlunya kampus bebas dari kekerasan fisik dan verbal dengan menerapkan peraturan dan sanksi yang tegas. Keberagamaan juga harus dihormati dan diapresiasi, sambil menjaga keberagaman di lingkungan kampus. Hal ini diharapkan dapat memperkuat kualitas spiritual, mendukung kesehatan jasmani dan rohani, serta menjaga keberlanjutan lingkungan dengan hemat sumber daya.

Dengan kerjasama semua pihak, tujuan membangun kampus yang aman, sehat, dan nyaman untuk semua anggota komunitas akademika dapat tercapai. Ini menjadi sangat penting mengingat banyak mahasiswa yang datang dari luar kota perlu merasa diterima sebagai bagian dari komunitas kampus.