Dra Mierrina MSi, Dosen dan Psikolog Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, telah mengeluarkan pernyataan mengenai meningkatnya angka penderita HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Selama tahun 2022, Dinas Kesehatan Provinsi Jatim telah mencatat 9.208 kasus HIV/AIDS yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Lebih mengkhawatirkan, di antara penderita tersebut terdapat 19 orang pelajar.

Tetapi hal yang lebih mencengangkan adalah Kabupaten Blitar menjadi salah satu kontributor terbesar kasus HIV/AIDS di provinsi tersebut, dengan komunitas penyuka sesama jenis alias LGBT menjadi kelompok yang paling banyak berkontribusi. Dinkes Kabupaten Blitar sendiri telah mengonfirmasi bahwa banyak masyarakat yang terlibat dalam perilaku seks menyimpang, dan fenomena ini telah menjadi rahasia umum.

Dra Mierrina MSi menyatakan bahwa fenomena ini menimbulkan keprihatinan dalam masyarakat karena perilaku LGBT bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, di mana perilaku tersebut dianggap sebagai salah dan dosa. Ia juga mengacu pada Al-Quran yang menunjukkan azab Allah SWT kepada kaum homoseksual pada masa Nabi Luth AS.

Menurut Dra Mierrina, perilaku LGBT seolah-olah diterima secara luas dengan berbagai alasan logis yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma masyarakat. Padahal, perilaku ini berisiko tinggi terhadap kesehatan fisik dan mental, termasuk risiko terinfeksi HIV/AIDS. Secara mental, perilaku ini menunjukkan ketidaknormalan dalam orientasi seksual, seperti dalam gaya berpakaian, berbicara, dan perilaku posesif yang berlebihan dan agresif.

Di media sosial, terlihat semakin banyak kaum LGBT yang bangga dengan status mereka. Mereka dengan terang-terangan menyatakan identitas mereka sebagai bagian dari LGBT. Dra Mierrina mencatat bahwa kampanye LGBT di luar negeri semakin gencar, dan ada upaya untuk menggeser pandangan tentang homoseksualitas menjadi masalah kejiwaan.

Dra Mierrina juga menyatakan bahwa semakin banyaknya pelaku LGBT menyebabkan mereka merasa memiliki dukungan dari sesama dan berusaha untuk meningkatkan jumlah pelaku LGBT. Media sosial memainkan peran penting dalam mendukung fenomena ini, karena memberikan platform global yang murah dan bebas batas untuk menyebarkan informasi dengan konten menarik yang dibuat oleh komunitas LGBT.

Mengenai kasus di Kabupaten Blitar, Dra Mierrina merekomendasikan tindakan preventif berbasis sekolah dan keluarga. Sex education di sekolah perlu ditingkatkan untuk menyediakan informasi yang tepat kepada remaja dan sejalan dengan informasi yang mereka dapatkan dari media sosial. Selain itu, ia menekankan pentingnya membangun kedekatan emosional antara remaja dan orang tua mereka, sehingga informasi yang benar dapat diterima dari orang tua sebagai contoh positif.