Sidoarjo, 22 Mei 2023 – Sejak awal tahun hingga bulan Mei 2023, sebuah kelompok riset yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) telah melakukan perjalanan ke desa-desa di Sidoarjo. Dipimpin oleh Joko Susilo, kelompok riset budaya ini bertujuan untuk mengamati dan menggali informasi tentang Candi Dermo dan Prasasti Kamalagyan yang menjadi bagian penting dari sejarah dan warisan budaya Sidoarjo.

Kegiatan riset yang dilakukan oleh kelompok ini meliputi berbagai tahapan, dimulai dengan kunjungan ke Prasasti Kamalagyan yang terletak di Desa Tropodo, Krian, Sidoarjo. Prasasti ini merupakan peninggalan masa Kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Raja Airlangga. Terletak di dusun Klagen, prasasti ini didirikan pada tahun 959 Saka atau sekitar tahun 1037 Masehi sebagai penghormatan atas keberhasilan Raja Airlangga dalam memakmurkan dan memberikan kedamaian bagi rakyat Kahuripan.

“Kami melakukan pengamatan terhadap Prasasti Kamalagyan yang didampingi oleh Ribut Wijoto, Ketua Umum Dewan Kesenian Sidoarjo. Keberadaan prasasti ini menunjukkan bahwa Sidoarjo dahulu pernah menjadi wilayah yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Kerajaan Kahuripan,” ujar Joko Susilo saat ditemui pada hari Senin, 22 Mei 2023.

Selanjutnya, kelompok peneliti dari Umsida melanjutkan perjalanan mereka dengan mengunjungi Candi Dermo. Candi ini juga memperkuat identitas budaya Sidoarjo yang terkait dengan kejayaan dan kebesaran Kerajaan Majapahit. Terbuat dari bata merah, Candi Dermo memiliki struktur gapura yang menampilkan gambar burung garuda, yang merupakan ciri khas dari candi-candi pada masa Kerajaan Majapahit.

Keberadaan Candi Dermo juga erat kaitannya dengan penguasa keturunan Majapahit, yaitu Raden Kusen Adipati Terung, yang memerintah di wilayah di sekitar candi ini. Dalam penelitian mereka, kelompok riset melakukan wawancara dengan para pelaku budaya macapat. Ketika mereka bertemu dengan Paguyuban Jenggalamanik, mereka menemukan berbagai karya macapat yang dihasilkan dengan mengambil kisah-kisah cerita rakyat Sidoarjo.

Begitu pula ketika mereka berinteraksi dengan Paguyuban Sekarpalupi, kelompok riset mendapatkan tembang-tembang macapat yang dinyanyikan dengan iringan musik tradisional seperti trebangan dan gender. Dalam hasil penelitian mereka, empat produk budaya yang diungkapkan, yaitu Prasasti Kamalagyan, Candi Dermo, macapat yang berkisah tentang cerita rakyat Sidoarjo, serta macapat yang diiringi oleh alat musik tradisional seperti trebangan dan gender, menunjukkan potensi yang sangat besar sebagai identitas budaya yang megah bagi Sidoarjo.

Melalui penelitian ini, kelompok riset dari Umsida berusaha menggali karakter budaya Sidoarjo dengan mengamati warisan budaya yang merupakan peninggalan peradaban besar masa lalu. Prasasti Kamalagyan dan Candi Dermo menjadi saksi bisu dari masa Kejayaan Kerajaan Kahuripan dan Majapahit yang mencerminkan keagungan dan kebesaran budaya Sidoarjo pada masa lalu.

Penelitian ini bukan hanya sekedar mengumpulkan informasi tentang peninggalan sejarah, tetapi juga melakukan interaksi langsung dengan para tokoh pelaku budaya macapat. Dalam wawancara dengan Paguyuban Jenggalamanik, kelompok riset mendapatkan akses ke karya-karya macapat yang memuat cerita-cerita rakyat Sidoarjo. Hal ini menunjukkan adanya kekayaan lisan yang masih hidup dan terus dijaga oleh masyarakat setempat.

Selain itu, Paguyuban Sekarpalupi juga memberikan kontribusi dalam penelitian ini. Dengan trebangan dan gender sebagai pengiring, mereka menampilkan tembang-tembang macapat yang menggambarkan keindahan musik dan sastra Sidoarjo. Kesenian macapat ini menjadi ekspresi seni yang unik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Sidoarjo.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kekayaan budaya Sidoarjo. Prasasti Kamalagyan, Candi Dermo, macapat berkisah cerita rakyat Sidoarjo, dan macapat yang diiringi trebangan dan gender memiliki potensi yang besar sebagai daya tarik budaya lokal. Potensi ini tidak hanya dapat memberikan apresiasi dan pemahaman yang lebih dalam terhadap sejarah dan kebudayaan Sidoarjo, tetapi juga mendorong pengembangan pariwisata budaya yang berkelanjutan.

Dalam era digital dan informasi yang terus berkembang, penting bagi Sidoarjo untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam mempromosikan kekayaan budaya mereka. Dalam hal ini, penerapan kaidah SEO atau Search Engine Optimization dapat menjadi strategi yang efektif. Dengan mengoptimalkan konten digital yang berkaitan dengan Prasasti Kamalagyan, Candi Dermo, macapat, dan budaya Sidoarjo secara keseluruhan, informasi tentang kekayaan budaya ini dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat luas dan wisatawan potensial.

Farihatunisa
Editor
Farihatunisa
Reporter