Ikhsan dan Rekan-rekannya Mengatasi Kendala untuk Mewujudkan Sistem Pembelajaran Digital Berbasis Energi Surya
Ikhsan, seorang inovator handal, menyadari perlunya bantuan dalam mengembangkan alat tersebut. Oleh karena itu, ia mengajak dua rekannya, Muhammad Yasser Arafat dari program studi teknik industri, dan Muhammad Sarlin dari program studi PGSD, untuk bergabung. Gerak kerja mereka dimulai dengan mengajukan proposal dalam program matching fund Kedaireka Kemendikbudristek pada Maret 2022.
Meskipun berhasil melewati tahap seleksi, perjalanan proyek mereka tidak berjalan mulus. Proses pengadaan barang memakan waktu yang sangat lama karena harus diimpor dari Surabaya dan hanya dapat diangkut melalui kapal. Komponen seperti aki, baterai, dan panel yang cukup besar menjadi kendala utama dalam proses ini.
Dalam jeda waktu tersebut, tim mencoba mengisi konten pembelajaran. Sarlin, sebagai pengampu program studi PGSD, berperan penting dalam menyaring materi-materi yang akan disajikan. Mahasiswa PGSD di UNG juga turut membantu dalam pemenuhan materi ini. Ikhsan memberikan proyek khusus kepada mereka dengan tema-tema yang relevan. Proyek tersebut kemudian didigitalisasikan oleh Ikhsan.
Hasilnya, SSP (Sistem Pembelajaran Digital) yang mereka kembangkan memiliki materi yang kaya dan menarik. Misalnya, untuk materi bilangan cacah, mereka mendetailkan penjumlahan dan pengurangan secara menarik dengan menggunakan gambar-gambar bergerak. SSP ini juga dilengkapi dengan layar sentuh, menggantikan penggunaan mouse, sehingga siswa lebih tertarik dalam proses belajar.
Setelah seluruh alat selesai pada Oktober 2022, tim bekerja di bawah tekanan tenggat seperti proyek Roro Jonggrang. Namun, mereka mengalami kegagalan pada percobaan pertama akibat ledakan pada inverter yang disebabkan oleh suhu yang terlalu panas. Ikhsan menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena LCD yang terlalu besar, sehingga mereka membuatnya dengan ukuran yang lebih kecil.
SSP ini memiliki banyak fitur yang bermanfaat. Selain menyajikan materi pembelajaran melalui layar LCD, SSP ini juga dilengkapi dengan colokan AC yang dapat digunakan untuk printer, charger HP, dan lampu. Selain itu, SSP ini menggunakan panel surya sebagai sumber tenaga listrik yang diperoleh dari sinar matahari. Tim Ikhsan berhasil membuat tujuh unit SSP yang telah didistribusikan ke enam sekolah per 25 Januari 2023, dengan SDN 5 Bulango Ulu, SDN 12 Bonepantai, SDN 13 Bonepantai, SDN 10 Kabila Bone, dan SDN 5 Bulawa menjadi penerima utama. Sementara itu, sisanya menjadi prototipe penelitian di UNG. Pembagian ini dilakukan oleh dinas pendidikan berdasarkan kebutuhan sekolah yang paling mendesak.
Ikhsan juga menerima tawaran dari Australia Award untuk melakukan hilirisasi lebih lanjut. Lembaga ini menawarkan untuk meng-upgrade program dan proses penyebaran SSP ke seluruh provinsi di Indonesia, terutama di daerah-daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Konsep SSP ini dikembangkan oleh tim Ikhsan dan pengadaannya akan dilakukan di masing-masing provinsi.
Namun, Yasser menghadapi kendala besar dalam program ini, yaitu distribusi ke daerah-daerah 3T yang sulit dijangkau. Sebagai dosen teknik industri, ia harus berjalan kaki selama 2,5 jam menuju SDN 10 Kabila Bone untuk mengantarkan SSP yang mereka buat. Mengingat seluruh alat ini memiliki berat lebih dari 40 kilogram, dengan 36 kilogram di antaranya adalah berat baterai, belum termasuk rangka, laptop, dan speaker. Yasser mengingat betapa sulitnya membawa semua ini karena kendaraan tidak dapat masuk ke daerah tersebut.
Tinggalkan Balasan