Harits Setyawan, dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) di Institut Teknologi Sumatera (ITERA), telah menjadi sosok inspiratif dalam dunia penulisan. Hingga Sabtu, 12 Oktober 2024, Harits berhasil menerbitkan 216 buku dan prosiding ber-ISBN sebagai penulis utama, editor, hingga pemakalah.
Kecintaan Harits terhadap dunia tulis-menulis dimulai sejak masa SMA. Pada kelas X, ia menulis novel berjudul Mungkin Nanti, meski saat itu teknologi belum secanggih sekarang. Ia mengetik novelnya di tempat rental komputer dan menyimpannya di disket, yang kemudian ia kirimkan ke lomba penulisan cerpen di sekolah. Meski bukan cerpen, novel tersebut berhasil membawanya meraih juara.
Setelah lulus SMA, Harits terus mengasah keterampilan menulisnya di perguruan tinggi dengan menulis novel, puisi, dan pantun. Ia juga berhasil meraih nilai A di beberapa mata kuliah penulisan, seperti Poetry dan Writing. Namun, saat itu Harits belum terpikir untuk menerbitkan karyanya, merasa karyanya kurang diminati karena masih berstatus mahasiswa.
Pengalaman pahit kehilangan karya akibat kerusakan perangkat elektronik menjadi pelajaran berharga. Sejak itu, Harits semakin termotivasi untuk menerbitkan karyanya secara konsisten. Ia aktif mengikuti seminar nasional dan internasional, mengirimkan naskah ke penerbit, serta terlibat dalam penyusunan bunga rampai.
Meski sempat mengalami beberapa kegagalan, seperti artikel yang tidak diterbitkan dalam prosiding atau naskah yang tidak diterbitkan, Harits tak menyerah. Dengan tekad yang kuat, ia terus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan penulisan hingga akhirnya mengumpulkan 216 karya ber-ISBN.
Kini, Harits juga berperan aktif memotivasi mahasiswa ITERA untuk mulai menerbitkan karya mereka. Melalui program kolaborasi menulis dosen-mahasiswa yang dijalankan ITERA Press, Harits berhasil mendorong ratusan mahasiswa untuk menerbitkan buku. Program ini mendapat sambutan positif dan berhasil menerbitkan banyak karya ber-ISBN.
Sebagai pengakuan atas kegigihannya, Harits telah meraih berbagai penghargaan, termasuk dari GMB Indonesia (2020), Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (2021), Indonesia Book of Records (2023), Asia Book of Records (2023), dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2023). Karya-karyanya kini digunakan tidak hanya di ITERA tetapi juga di berbagai kampus lain, bahkan hingga luar Pulau Sumatera.
Harits berharap anak-anak muda yang gemar menulis segera mengambil langkah untuk menerbitkan karya mereka. Menurutnya, usia muda bukanlah penghalang, melainkan peluang besar untuk mencetak prestasi di dunia penulisan.
Tinggalkan Balasan