Universitas Al Washliyah Medan telah meluncurkan program Pengabdian Kepada Masyarakat di Pulau Samosir dengan inisiatif “Pelatihan Kecakapan English for Tourism untuk Meningkatkan Pemanfaatan Kearifan Lokal di Masyarakat Siallagan.”

Program ini melibatkan dosen dan mahasiswa dari Universitas Al Washliyah Medan, yang dipimpin oleh Ketua Pelaksana Kegiatan, Diah Kusyani, M.Pd. Selain itu, ada dua orang dosen lainnya yang turut serta dalam pelaksanaan program, yaitu Yunita Mutiara Harahap, S.Pd., M.Hum., dan H. Iskandar Zulkarnain, S.Pd., M.Hum. Program PKM ini juga diberikan dukungan pendanaan dari Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek RI tahun anggaran 2023, yang dimulai pada bulan Juni dan akan berlangsung hingga November.

Diah menjelaskan bahwa pelatihan “English for Tourism” bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris masyarakat, dengan tujuan memperbaiki kualitas pelayanan, melestarikan cerita rakyat di Siallagan, menginternasionalisasikan kearifan lokal mereka, serta memperkenalkan nilai-nilai budaya dan tradisi kepada masyarakat yang lebih luas. Menurut Diah, kearifan lokal adalah warisan berharga yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai kontrast terhadap perubahan budaya dan modernisasi.

Kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat ini adalah kolaborasi antara Universitas Al Washliyah Medan dan Kepala Desa Huta Siallagan, yang bertujuan untuk menjaga dan menghidupkan kembali kearifan lokal di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi. Hal ini sangat penting mengingat bahwa pariwisata Danau Toba mengalami penurunan tajam hingga 93,83% akibat pandemi COVID-19.

Kepala Desa Huta Siallagan, Ojahan Tambunan, menyambut positif kegiatan pengabdian masyarakat ini dan berharap agar program pelatihan ini dapat berlanjut secara berkelanjutan.

Pada hari ketiga, kegiatan ini dihadiri oleh Ir. Gading Jansen Siallagan, pemilik Huta Siallagan yang juga merupakan generasi ke-17 dari Siallagan. Ia membagikan sejarah dan cerita rakyat Siallagan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Gading menceritakan sejarah Huta Siallagan, mencakup aspek-aspek seperti bentuk Rumah Bolon dan warna khas Batak (putih, merah, dan hitam), serta budaya batak dalam pengambilan keputusan.

Kegiatan ini sangat diikuti oleh masyarakat, dengan harapan bahwa pelatihan semacam ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi desa mereka.