Dosen di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) kembali menyuarakan kekecewaan mereka terkait tunjangan kinerja (tukin) yang tak kunjung direalisasikan. Sebagai bentuk protes, mereka mengirimkan puluhan karangan bunga ke kantor Kemendiktisaintek di Jakarta pada 6 Januari 2025.

Janji Tak Dipenuhi, Dosen Pertanyakan Nasib
Anggun Gunawan, seorang dosen Polimedia Jakarta, mengungkapkan bahwa aksi ini adalah puncak dari kekecewaan yang memuncak. “Kami ingin menagih janji pemerintah. Bagaimana sebenarnya nasib dosen ini?” ujarnya.

Dengan gaji yang hanya sekitar Rp2,3 juta per bulan, meski berpendidikan S2, banyak dosen harus mencari penghasilan tambahan di luar kampus. Ada yang mengajar di perguruan tinggi lain, sementara di daerah, tak jarang mereka bekerja sebagai ojek demi mencukupi kebutuhan hidup.

Mimpi Besar, Kesejahteraan Terabaikan
Ironisnya, meski pemerintah memiliki visi untuk menciptakan perguruan tinggi berkelas dunia dan mempererat hubungan antara kampus dan industri, kesejahteraan para dosen justru terabaikan. “Mau jadi world class university, tapi dosennya nggak pernah dipikirkan,” tambah Anggun.

Perjalanan Panjang Memperjuangkan Tukin
Perjuangan tukin bagi dosen ASN Kemendiktisaintek sebenarnya sudah dimulai sejak 2011. Namun, hingga kini, realisasinya masih menjadi angan. Pada 2024, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim bahkan mengeluarkan Kepmen Nomor 447, yang mengatur besaran tunjangan kinerja dosen mulai dari Rp5 juta hingga Rp19 juta tergantung jenjang jabatan. Namun, aturan ini tidak pernah diimplementasikan.

Upaya audiensi telah dilakukan, termasuk dengan Komisi X DPR RI pada November 2024. Bahkan, anggaran tukin yang sebelumnya dijanjikan sebesar Rp5 triliun turun drastis menjadi Rp2,8 triliun pada 2025. Tak adanya alokasi anggaran untuk tukin pada tahun ini semakin menambah kekecewaan dosen.

Dukungan Simbolis dan Petisi Online
Protes yang diinisiasi oleh Aliansi Dosen ASN Kemendiktisaintek (ADAKSI) mendapat dukungan luas dari berbagai organisasi, termasuk Green Engineering Society (GES), Forum Profesi Dosen Republik Indonesia (FPDRI), dan Forum Komunikasi Senat Politeknik Indonesia (FKSPI). Lebih dari 50 karangan bunga dikirimkan sebagai simbol perlawanan.

Selain aksi simbolis, dukungan juga datang melalui jalur online. Hingga kini, ribuan tanda tangan telah terkumpul dari petisi yang menuntut keadilan bagi para dosen.

Ketimpangan di Antara Dosen ASN
Yang lebih memprihatinkan, hanya dosen ASN di Kemendiktisaintek yang tidak mendapatkan tukin, berbeda dengan dosen di kementerian lain atau pegawai Kemendiktisaintek non-dosen yang menerima tunjangan tersebut.

Protes ini menunjukkan bahwa tuntutan kesejahteraan bagi dosen bukan sekadar soal gaji, tetapi pengakuan atas peran mereka dalam menciptakan masa depan pendidikan Indonesia.