Malang — Inovasi dari Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (UB) Malang, Dias Satria, berhasil membantu ribuan pelaku UMKM melalui program inkubasi bisnis Jagoan Banyuwangi. Program ini tak hanya mendorong kemandirian ekonomi, tetapi juga berkontribusi nyata dalam menekan angka pengangguran, khususnya di Kabupaten Banyuwangi.

Program Jagoan Banyuwangi terbagi dalam tiga lini utama: Jagoan Tani, Jagoan Digital, dan Jagoan Bisnis, yang menyasar pemuda untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian, teknologi digital (startup), dan kewirausahaan secara umum.

Peserta program—baik individu maupun kelompok—mendapatkan mentoring intensif, bantuan permodalan, hingga pelatihan strategi bisnis dan ekspansi pasar. Salah satu keunggulan program ini adalah penggunaan kurikulum bisnis internasional, seperti yang dipakai di Harvard dan Stanford, dipadukan dengan metode partisipatif seperti Lego Serious Play dan board game untuk memperkuat pemahaman praktis.

“Program ini mengedepankan kolaborasi lintas sektor dengan berbagai institusi seperti Kementerian Keuangan, OJK, dan Bank Indonesia,” ujar Dias. Kementerian Keuangan, misalnya, mendukung lewat pembiayaan ultra mikro dan edukasi perpajakan. Sementara bea cukai memfasilitasi UMKM agar bisa menembus pasar ekspor.

Banyuwangi menjadi daerah paling sukses dan konsisten menjalankan program ini. Namun Dias mengingatkan, keberlangsungan program sangat bergantung pada komitmen kepala daerah. “Sering kali program berhenti saat kepemimpinan berganti, padahal membangun ekosistem itu tidak instan,” ungkapnya.

Keberhasilan Jagoan Banyuwangi turut menginspirasi wilayah lain. Program serupa kini diterapkan di Blitar (Cah Preneur), Kediri (Pehneur Kediri), Lamongan (Meg Preneur), dan Semarang (Kita Tani Muda).