Pendidikan adalah hak setiap warga negara dan menjadi kunci untuk memutus rantai kebodohan dan kemiskinan. Meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan memerangi angka putus sekolah, banyak anak bangsa yang masih terhambat melanjutkan pendidikan akibat kurangnya informasi atau pola pikir orang tua yang lebih memilih anaknya bekerja daripada melanjutkan sekolah.


Salah satu sosok inspiratif dalam upaya memajukan pendidikan adalah Dr. Imam Santoso, S.T., M.Phil., dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak masa kuliah, Imam telah aktif mencari beasiswa untuk mendukung pendidikannya. Berawal dari keluarga sederhana di Jember, ia membuktikan bahwa pendidikan dapat mengubah nasib seseorang. Meskipun awalnya bercita-cita menjadi dokter, perjalanan hidupnya membawanya ke bidang Teknik Metalurgi, yang ia pilih setelah terinspirasi oleh kesuksesan seseorang yang bekerja di sektor tambang.
Imam memulai pendidikannya di ITB pada 2003, dan selama kuliah ia mendapatkan banyak beasiswa dari berbagai sumber, termasuk perusahaan minyak, Bank BRI, dan Yayasan Supersemar. Berkat semangat pantang menyerahnya, Imam melanjutkan studi ke Australia melalui beasiswa Australian Development Scholarship, kemudian mendapatkan beasiswa LPDP untuk studi doktoralnya di Aalto University, Finlandia. Pilihan Finlandia didasarkan pada prediksi Imam tentang kebutuhan Indonesia akan teknologi pengolahan tembaga, yang negara tersebut terkenal unggul.
Selain kecintaannya pada bidang Metalurgi, Imam juga memiliki passion dalam mengajar dan membagikan ilmunya. Sejak masih kuliah, ia aktif mengajar les dan menjadi tutor bagi teman-temannya. Kecintaan ini berlanjut hingga ia menjadi dosen di ITB, dan ia juga berkomitmen untuk memotivasi anak-anak di kampung halamannya agar melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Imam tidak hanya memberikan motivasi, tetapi juga membantu anak-anak muda untuk mendapatkan beasiswa, mempersiapkan diri menghadapi seleksi, dan mengatasi kendala finansial.
Aktivitas blusukan Imam tidak terbatas di desanya saja. Kini, ia sering berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia seperti Malang, Padang, Aceh, dan Sulawesi, untuk memotivasi para siswa SMA melanjutkan pendidikan mereka. Ia juga membagikan informasi beasiswa, mencari anak muda berpotensi namun kurang mampu, dan memberikan bimbingan serta dukungan yang mereka butuhkan untuk sukses di pendidikan tinggi.
Imam juga aktif berbagi kisah inspiratif melalui media sosialnya, termasuk cerita sukses anak-anak yang ia bantu. Ia yakin bahwa pendidikan tidak hanya mengubah mindset tetapi juga ekonomi keluarga. “Pendidikan bisa merubah nasib. Alhamdulillah, sekarang kondisi ekonomi keluarga saya sudah jauh lebih baik,” ujar Imam.
Salah satu kisah yang paling mengharukan bagi Imam adalah tentang Devi Donat, seorang mahasiswi ITB yang pernah tinggal di selokan dan menjual donat untuk bertahan hidup. Kini, Devi telah sukses menjadi konsultan dan manajer. Meski ada kisah-kisah sedih seperti mahasiswa yang gagal bertahan di ITB, Imam tidak pernah putus asa dan justru semakin termotivasi untuk membantu lebih banyak anak muda.
Imam percaya bahwa pendidikan adalah hak semua orang, dan dengan semangat serta kesempatan yang tepat, siapa pun bisa meraih kesuksesan. “Mimpi saya adalah semakin banyak orang yang bisa kuliah dan meraih pendidikan setinggi-tingginya. Saya ingin terus berbagi dan membantu orang lain untuk sukses,” tegasnya.
Pesan Imam kepada generasi muda sangat jelas: “Pendidikan itu penting dan bisa merubah hidup. Ayo kuliah dengan sungguh-sungguh karena banyak beasiswa yang tersedia. Jangan pakai joki, karena kuliah adalah untuk diri kalian sendiri.”
Dr. Imam Santoso menjadi contoh bahwa setiap langkah kecil dalam memajukan pendidikan dapat membawa perubahan besar. Semangat dan dedikasinya tidak hanya menginspirasi, tetapi juga membuktikan bahwa pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik bagi setiap individu dan bangsa.