Tim Dosen dari Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, telah memberikan dukungan penuh kepada petani di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, dalam budidaya stroberi ramah lingkungan. Pelatihan ini mencakup pembuatan kompos dan pengendalian hayati, sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Okti Herlina, juru bicara Tim Dosen Unsoed, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang berfokus pada pengembangan kapasitas masyarakat melalui metodologi ilmiah. Kegiatan tersebut melibatkan dua dosen lainnya, yakni Sapto Nugroho Hadi dan Wilis Cahyani, dengan Kelompok Tani Sida Urip sebagai mitra di Desa Serang.

Desa Serang, yang terletak di lereng Gunung Slamet dengan ketinggian 650-1.600 mdpl dan curah hujan yang tinggi, telah lama dikenal sebagai sentra budidaya stroberi sejak tahun 2002. Namun, sejak 2016, produksi stroberi mengalami penurunan akibat mahalnya harga bibit, pupuk kimia, serangan hama, dan penurunan kesuburan tanah.

Tim Dosen Unsoed menawarkan solusi dengan menggunakan biofertilizer dan biopestisida untuk budidaya stroberi yang lebih ramah lingkungan dan efisien. “Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik, meningkatkan keterampilan petani, serta mendongkrak produksi dan pendapatan kelompok tani,” ujar Okti.

Sumber daya lokal yang melimpah, seperti hijauan sisa panen, daun pepaya, dan daun sirsak, digunakan untuk pembuatan kompos dan pestisida organik. Pengendalian hama berbasis mikroba juga diperkenalkan menggunakan Trichoderma sp dan Beauveria sp.

Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 40 petani, dan dilanjutkan dengan pembuatan lahan demonstrasi (demplot) untuk menunjukkan bahwa teknologi ramah lingkungan mampu bersaing dengan metode konvensional. Hasilnya, teknologi kompos dan pestisida hayati menghasilkan produksi stroberi sebesar 38,69 kg per bedeng, mengalahkan metode konvensional yang menghasilkan 37,45 kg per bedeng.

Ketua Kelompok Tani Sida Urip, Setiawan, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat, terutama dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia sintetis.