Beralih dari jurnalis televisi ke dunia akademisi merupakan tantangan tersendiri bagi Wahyu Kristian Natalia, M.Ikom. Setelah delapan tahun berkarir sebagai jurnalis, Natalia memutuskan untuk melangkah menjadi dosen di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Malang. Kini, ia merasa telah “menikmati” profesi barunya yang telah membesarkan namanya.
“Awalnya memang sulit, tapi saya yakin ini adalah langkah yang tepat untuk merasa ‘cukup’ sebagai jurnalis. Selama delapan tahun, saya terjun ke lapangan, melakukan liputan, wawancara, dan bertemu berbagai karakter, termasuk tokoh-tokoh penting, dengan jam kerja 24 jam yang penuh tantangan. Berbeda sekali dengan tugas sebagai dosen, di mana kini saya lebih banyak berinteraksi dengan mahasiswa Gen Z yang pemikiran, karakter, dan budayanya sangat berbeda. Namun, saya sangat menikmati pekerjaan ini karena bersama mereka, saya merasa selalu muda, seperti ‘stuck’ di usia 20 tahun. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa berbagi ilmu,” ungkapnya dalam program Momins yang dipandu oleh Dini Wardani, Sabtu (31/8/2024).
Natalia mengakui bahwa tantangan sebagai dosen sangat dinamis, terutama dengan perkembangan pesat teknologi seperti media sosial dan kecerdasan buatan (AI). Ia menekankan pentingnya dosen untuk memastikan metode pengajaran yang efektif dan mampu memfasilitasi pembelajaran yang mendalam di era digital ini.
“Salah satu tantangan terbesar di dunia pendidikan saat ini adalah perkembangan teknologi, terutama AI. Dosen harus mampu memanfaatkan teknologi terbaru, melakukan pendekatan pembelajaran yang inovatif, dan menyesuaikan kurikulum. Dengan ‘tsunami informasi’ yang kita hadapi, di mana siapapun bisa mengakses informasi dengan mudah, media sosial berkembang pesat dan banyak hal viral yang bisa berdampak positif maupun negatif, termasuk permasalahan hukum akibat penggunaan media sosial,” jelas Natalia.
Menurut Natalia, penyesuaian metode mengajar adalah kunci sukses dalam mencetak mahasiswa berkualitas. Dosen dituntut untuk kreatif dan memiliki metode khusus baik dalam pengajaran offline maupun online, agar materi yang disampaikan dapat diserap secara optimal oleh mahasiswa.
“Namun, di balik tantangan tersebut, era revolusi industri dan transformasi digital juga membawa peluang besar bagi mahasiswa dan generasi muda untuk maju dan mengembangkan diri. Peluang berkarir di berbagai bidang kini terbuka lebar dengan kemajuan teknologi digital,” tutup Natalia.
Dengan komitmennya dalam menghadapi tantangan teknologi di dunia pendidikan, Natalia berharap dapat terus memberikan kontribusi positif dalam mencetak lulusan yang siap bersaing di era digital.
Tinggalkan Balasan