Site icon Berita Dosen

Tips Menulis Buku untuk Pemula dari Dosen STKIP Jombang

Penulisan buku adalah sebuah proses kreatif yang membutuhkan keterampilan, ketekunan, dan dedikasi dalam menyampaikan ide dan cerita. Menurut Aang Fatihul Islam, Dosen STKIP Jombang dan penulis terverifikasi dengan 25 buku yang telah ia rilis, tantangan terbesar bagi penulis pemula adalah memulai dan menjaga konsistensi dalam menulis. Hal ini juga diperkuat dengan pentingnya kebiasaan dan budaya literasi, seperti membaca secara rutin, sebagai hobi dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi para penulis pemula, Aang Fatihul Islam memberikan beberapa tips menulis buku yang diajarkan melalui komunitas penulisnya, yaitu Lingkar Studi Santri (LISSAN). Berikut adalah beberapa tips menulis buku ala Aang Fatihul Islam.

  1. Tentukan Jenis Buku yang Akan Ditulis
    Penentuan jenis buku seperti novel, buku panduan, biografi, atau buku pelajaran akan membantu penulis dalam mengembangkan ide dan struktur cerita.
  2. Rencanakan dan Riset
    Buatlah rencana penulisan yang terstruktur dan dipersiapkan dengan baik. Penelitian yang cermat pada topik yang akan ditulis, memastikan bahwa informasi yang disampaikan dalam buku memiliki keakuratan dan kredibilitas yang dibutuhkan.
  3. Jadwalkan Waktu Menulis
    Membuat jadwal rutin untuk menulis dan memilih waktu dan tempat yang nyaman bagi penulis akan membantu mempercepat progres penulisan dan menjadi lebih disiplin dalam menjalankan jadwal tersebut.
  4. Mulailah dengan Bab yang Paling Menarik
    Memulai menulis dengan bab yang paling menarik dan penuh inspirasi bagi penulis akan membantu membangun momentum dan motivasi dalam menulis buku.
  5. Jangan Menunda dan Jangan Takut Gagal
    Tidak menunda penulisan dan tidak takut untuk membuat kesalahan. Setiap penulis pasti mengalami tantangan dan rintangan dalam proses menulis. Tetaplah konsisten, dan perbaiki atau revisi naskah setelah selesai menulis.
  6. Dapatkan Feedback dari Orang Lain
    Setelah menyelesaikan draf pertama, mintalah pendapat dari orang-orang terpercaya seperti teman, keluarga, atau editor profesional. Tanggapan dan saran dari orang lain dapat membantu penulis memperbaiki dan menyempurnakan kualitas buku.
  7. Edit dan Revisi
    Proses editing dan revisi sangat penting dalam penulisan buku. Pastikan pengecekan tata bahasa, ejaan, kelancaran alur cerita, dan kekonsistenan karakter. Lakukan beberapa kali proses revisi hingga hasil akhir memuaskan.
  8. Terbitkan Buku Anda
    Setelah melalui proses penulisan, editing, dan revisi, pertimbangkan untuk menerbitkan buku Anda. Penulis dapat memilih untuk menerbitkan secara mandiri atau mencari penerbit yang cocok untuk karya mereka.

Menulis buku memang menjadi perjalanan yang menantang tetapi juga sangat memuaskan. Dengan mengikuti tips dari Aang Fatihul Islam dan tetap berkomitmen, penulis dapat menulis dan menerbitkan buku yang menginspirasi dan membangun pengaruh positif terhadap pembaca.

Selain itu, sebagai seorang dosen dan penulis, Aang Fatihul Islam telah menciptakan sebuah komunitas penulis bernama Lingkar Studi Santri (LISSAN) untuk membantu teman-teman yang ingin menjadi penulis. Melalui komunitas ini, setidaknya sudah terbit 10 buku, yang terdiri dari 3 buku sejarah ulama dan 2 buku referensi. Aang Fatihul Islam berharap komunitas LISSAN ini dapat menjadi semangat bagi para penulis pemula untuk menulis dan menerbitkan buku.

Sebagai seorang dosen dan penulis, Aang Fatihul Islam memberikan pentingnya kebiasaan dan budaya literasi dalam masyarakat sebagai faktor yang berperan penting dalam menunjang kemajuan literasi di suatu negara. Mulai dari membaca secara rutin hingga menulis menjadi kebiasaan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam membangun dan meningkatkan kebudayaan literasi, setiap individu harus mampu mengembangkan diri sendiri melalui proses pembacaan dan penulisan.

Untuk itu, Aang Fatihul Islam menekankan, “Mulailah membiasakan budaya literasi, mulai dari gemar membaca.” Hal ini selaras dengan apa yang telah diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bahwa 80% masyarakat Indonesia dianggap masih buta huruf fungsional, seiring dengan terbatasnya jumlah individu yang memiliki minat membaca. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang serius untuk membangun kebiasaan fenomenal ini dan sekaligus membudayakan kebiasaan menulis agar karya-karya tulisan dapat terus lahir di Indonesia.

Exit mobile version