Site icon Berita Dosen

Krisis Anggaran Pendidikan: Dosen dan Mahasiswa Berjuang di Tengah Keterbatasan

Dalam ruang kelas yang minim fasilitas, kipas angin tua berputar pelan, berusaha memberikan kesejukan di tengah udara yang pengap. Lampu neon berkedip-kedip, seolah mencerminkan kondisi pendidikan tinggi yang tengah menghadapi tantangan berat. Seorang dosen tetap berdiri di depan kelas, menjelaskan materi dengan suara parau, sementara mahasiswa mencoba bertahan di kursi kayu yang mulai rapuh. Namun, bagaimana mereka bisa tetap bersemangat jika fasilitas dasar pun kian terbatas?

Dampak Pemotongan Anggaran

Semua ini terjadi setelah diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, yang mengamanatkan pemotongan anggaran besar-besaran. Dari total Rp306,69 triliun yang dipangkas, sektor pendidikan tinggi terkena dampak signifikan. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) kehilangan Rp22,5 triliun dari pagu awal Rp57,6 triliun, setara dengan hampir 40% dari total anggarannya.

Pemotongan ini berimbas langsung pada berbagai aspek, terutama pendanaan riset. Jika sebelumnya ratusan proposal penelitian mendapat pendanaan, kini hanya 7% yang memiliki peluang untuk didanai. Akibatnya, banyak proyek riset terhenti, sementara para akademisi mulai kehilangan harapan untuk terus berinovasi di dalam negeri.

Laboratorium Kosong, Peneliti Terpaksa Berhenti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga merasakan dampaknya. Dari anggaran awal Rp5,842 triliun, mereka harus merelakan pemotongan sebesar Rp2,074 triliun. Bagi para peneliti, ini bukan sekadar angka dalam laporan keuangan, tetapi berarti eksperimen yang tertunda, peralatan yang tak bisa diperbaiki, serta publikasi yang sulit terealisasi.

“Kami harus memilih, bertahan dengan dana yang tersisa atau mencari peluang penelitian di luar negeri,” ujar salah seorang peneliti BRIN.

Tanpa dukungan finansial yang memadai, harapan untuk menghasilkan inovasi kelas dunia semakin menipis. Bagaimana mungkin para ilmuwan bisa berkembang jika laboratorium pun kekurangan daya listrik untuk menjalankan alat-alat dasar?

Mahasiswa dan Dosen: Terus Berjuang di Tengah Keterbatasan

Meski diterpa keterbatasan, mahasiswa dan dosen tetap berusaha menjalankan proses akademik. Di ruang kelas yang semakin redup, mereka bertahan dengan semangat yang mulai pudar. Pengurangan anggaran tidak hanya berdampak pada fasilitas fisik, tetapi juga pada kualitas pembelajaran dan masa depan generasi muda.

Pendidikan bukan sekadar gedung dan kurikulum, tetapi investasi jangka panjang yang menentukan arah kemajuan bangsa. Ketika dana pendidikan terus dipangkas, yang dikorbankan bukan hanya fasilitas, tetapi juga harapan akan masa depan yang lebih cerah.

Tak ada negara yang maju tanpa ilmu pengetahuan. Tak ada peradaban besar tanpa riset dan inovasi. Jika pemotongan anggaran terus berlanjut, kita bukan sedang berhemat—melainkan sedang mengorbankan masa depan bangsa sendiri.

Kini, yang tersisa adalah ruang kelas yang semakin gelap, semangat yang perlahan meredup, dan generasi muda yang terus berjuang dalam ketidakpastian, berharap ada secercah harapan yang kembali menyala.

Exit mobile version