Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) kembali membuat gebrakan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia. Yayasan ini terdiri dari dosen Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Negeri Makassar (UNM), dan LP3I, dan kegiatan ini berlangsung di pusat pengembangan potensi masyarakat K-Apel di Lorong Daeng Jakking, Jl. Daeng Tata III, Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate, pada 1 September 2024.
Penandatanganan MoU ini menjadi lebih istimewa karena bertepatan dengan perayaan HUT ke-14 K-Apel dan juga disertai dengan soft launching buku berjudul Jika Saya Menjadi Wali Kota Makassar, yang memuat karya dari 31 penulis Sulawesi Selatan dalam 207 halaman. MoU ini ditandatangani oleh Rahman Rumaday, pendiri K-Apel, dan Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum., Ketua Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia. Acara ini disaksikan oleh Pembina K-Apel, Rusdin Tompo, dan Lurah Parangtambung, Andi Anugrah Tenri Esa.
Menurut Dr. Sumarlin Rengko, penandatanganan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang diperkuat dengan MoU antara Aruna Ikatuo dan K-Apel. “Harapan saya, MoU ini akan semakin memperkuat sinergi antara Aruna Ikatuo dan K-Apel, apalagi dengan dukungan dari para guru dan praktisi seperti Pak Dahlan Abubakar dan Pak Rusdin Tompo,” ujarnya.
Rahman Rumaday, yang akrab disapa Bang Maman, menyatakan rasa syukur atas terjalinnya kerja sama ini. “Kami sangat bersyukur karena melalui MoU ini, K-Apel mendapat pendampingan jangka panjang untuk ibu-ibu, lansia, dan anak-anak di Kampus Lorong. Selama ini kami mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendampingan akibat keterbatasan tenaga relawan,” kata Bang Maman.
Melalui kerja sama ini, para dosen yang biasanya mengajar di kampus akan terlibat langsung di Kampus Lorong, memberikan pelatihan bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan bahasa daerah Bugis Makassar. “Biasanya relawan yang mengajar adalah mahasiswa, namun dengan terbentuknya Kampus Lorong, tim dosen dari Aruna Ikatuo akan menyusun modul berbasis ragam bahasa dan kegiatan lain sebagai panduan ajar di K-Apel. Ini adalah terobosan besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di komunitas ini,” jelas Bang Maman.
Koordinator tim dosen, Dr. Dirk Sandarupa, menambahkan bahwa tujuan dari MoU ini adalah mendukung sinergi antara pelestarian budaya dan pengembangan UMKM berbasis nilai lokal. “Kerja sama ini diharapkan dapat membantu mempromosikan produk UMKM dari ibu-ibu K-Apel seperti kerajinan tangan, pakaian, dan makanan tradisional yang mengangkat nilai budaya lokal, sehingga K-Apel bisa dikenal lebih luas, termasuk di sektor pariwisata,” ungkapnya.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi langkah besar dalam pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi masyarakat melalui pendidikan dan pemberdayaan yang berkelanjutan.