Site icon Berita Dosen

Dosen UGM Luncurkan Pesawat Tanpa Awak Palapa S-1 dengan Teknologi VTOL

Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Gesang Nugroho, ST, MT, memperkenalkan inovasi terbarunya berupa pesawat tanpa awak bernama Palapa S-1. Pesawat ini memiliki kemampuan take-off dan landing secara vertikal (VTOL), didukung oleh mesin gasoline dan sistem komunikasi LTE, memungkinkan pesawat ini terbang hingga 6 jam dengan jarak tempuh 50 km.
Dalam peresmian di Engineering Research and Innovation Center UGM pada Selasa (3/9), Prof. Gesang menjelaskan bahwa Palapa S-1 memiliki kecepatan maksimal 120 km/jam, dilengkapi dengan kamera full frame dan kamera multispektral. Pesawat ini terintegrasi dengan sistem flight controller yang memungkinkan kendali auto pilot, sehingga cocok untuk berbagai misi seperti mitigasi bencana, SAR, patroli, dan pemantauan kebakaran hutan.


Proses riset dan pengembangan (R&D) Palapa S-1 memakan waktu hampir tiga tahun. Prof. Gesang kini tengah mengembangkan Palapa S-2, yang merupakan seri lanjutan dengan teknologi yang lebih kompleks dibandingkan S-1. Nama “Palapa” diambil dari sumpah Mahapatih Gadjah Mada, mencerminkan harapan Prof. Gesang agar pesawat ini dapat berkontribusi dan menyatukan Indonesia, sesuai dengan semangat sumpah tersebut.
Biaya produksi Palapa S-1 mencapai Rp 300 juta, dan harga jual diproyeksikan dua hingga tiga kali lipat dari biaya produksi. Prof. Gesang berharap pemerintah dapat mendukung produksi massal atau menjalin kerja sama dalam pengadaan pesawat ini.
Sebelumnya, Prof. Gesang sempat berdiskusi dengan Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih, Prabowo Subianto, mengenai pengembangan pesawat ini. Ia berharap pembicaraan tersebut dapat berlanjut dan membuka peluang kerja sama dengan pemerintah. Gesang menegaskan bahwa pesawat buatannya telah teruji baik dalam hal kelayakan terbang, material, dan kekuatan struktur, dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 40 persen yang terus ditingkatkan.
Direktur Penelitian UGM, Prof. Mirwan Ushada, memberikan apresiasi terhadap inovasi ini, terutama karena pesawat ini dirancang untuk membantu pemantauan kawasan bencana, seperti kebakaran hutan yang sulit diakses dengan pesawat biasa. Prof. Mirwan menyatakan bahwa UGM memiliki unit penelitian khusus yang berfokus pada pengembangan usaha, yang diharapkan dapat membuka jalan untuk lebih banyak inovasi serupa di masa depan.
“Dengan adanya pesawat ini, kita berharap ada tindak lanjut berupa kerja sama dan riset lanjutan untuk memaksimalkan potensi teknologi ini,” kata Prof. Mirwan.

Exit mobile version