Pada Kamis lalu, tanggal 20 Juli 2023, para Dosen Pembimbing Lapang (DPL) dan Mahasiswa Program Magister Manajemen Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) mengambil inisiatif yang berarti dalam mendukung pertanian di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Desa Tulungrejo adalah salah satu desa yang menawarkan potensi pertanian yang besar. Wilayahnya memiliki lahan dengan tanah hitam yang sangat subur, menciptakan kondisi yang ideal untuk sektor pertanian. Data menunjukkan bahwa sekitar 10,600 hektar tanah sangat subur, 248,865 hektar subur, 45,800 hektar sedang, dan tidak ada lahan yang dianggap tidak subur atau kritis. Ini menunjukkan bahwa Desa Tulungrejo memiliki potensi luar biasa dalam bidang pertanian.
Namun, ada permasalahan yang menghantui para petani di Desa Tulungrejo, yaitu serangan hama dan penyakit yang tinggi pada tanaman budidaya. Hingga saat ini, penggunaan pestisida kimia masih mendominasi metode pengendalian yang digunakan oleh para petani. Banyak petani di desa ini juga belum memiliki pemahaman yang memadai tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Untuk mengatasi masalah ini, Dosen Pembimbing Lapang dan tim MMD UB di Desa Tulungrejo mengadakan acara sosialisasi yang berjudul “Pengenalan dan Aplikasi Plant Growth and Promoting Rhizobacteria (PGPR)”. Tujuan utama dari acara ini adalah memberikan pemahaman kepada petani tentang manfaat PGPR dalam meningkatkan kesehatan tanaman.
“Pengenalan PGPR ini sebenarnya adalah mengenalkan pupuk organik kepada petani,” kata Ibu Yohana, Dosen Pembimbing Lapang yang juga menjadi pemateri dalam acara sosialisasi tersebut. PGPR, atau Plant Growth and Promoting Rhizobacteria, adalah sekelompok bakteri yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman secara alami. Bakteri ini hidup di akar tanaman dan membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman.
“MUPUS, atau Masyarakat Unggul Pemakanan Usaha Sapi, adalah pupuk organik yang mengandung rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman,” tambah Ibu Yohana sambil menunjukkan produk MUPUS kepada para hadirin.
MUPUS memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan mengikat nitrogen bebas dari alam, mengubahnya menjadi amonia, dan memasok mineral penting lainnya seperti fosfor dan kalium kepada tanaman. Selain itu, PGPR juga berperan sebagai bioprotektan, yaitu agen pengendali hama, dengan menghasilkan antibiotik dan menginduksi tanaman untuk melawan penyakit.
Seorang petani bertanya, “Bagaimana cara penggunaan MUPUS ini sebagai pupuk organik untuk tanaman budidaya pertanian?”
Ibu Yohana menjelaskan, “Anda dapat menggunakan MUPUS dengan mencampur 10ml (satu tutup botol) cairan MUPUS dengan 1 liter air. Cara penggunaannya berbeda untuk benih dan bibit. Untuk benih, rendam benih dalam larutan MUPUS yang telah dilarutkan dengan air sesuai takaran selama 10 menit hingga 24 jam, tergantung jenis benihnya. Kemudian, keringkan benih di tempat yang teduh sebelum menanam. Untuk bibit, celupkan akar bibit dalam larutan MUPUS. Sedangkan untuk stek, rendam selama 1-3 jam.”
Sosialisasi ini memberikan wawasan yang berharga kepada petani tentang pengendalian hama dan penyakit yang lebih ramah lingkungan. Harapannya, dengan pengetahuan tentang PGPR dan penggunaan MUPUS, penggunaan pestisida kimia dapat berkurang, dan Desa Tulungrejo dapat menjadi contoh desa binaan yang mengutamakan Pengendalian Hama Terpadu.