Bandung – Keragaman seni dan kebudayaan di Indonesia memiliki nilai yang sangat tinggi untuk dilestarikan dan diapresiasi. Senjata tradisional seperti keris, tombak, dan trisula menjadi warisan dari leluhur yang bernilai seni tinggi dan sarat akan kearifan lokal. Trisula, yang secara filosofis merepresentasikan tiga entitas atau unsur, misalnya sebagai representasi dari masa lalu, sekarang, dan masa depan menjadi salah satu senjata tradisional yang sangat terkenal di Indonesia dan kerap ditemukan pada arca dan relief di dinding Candi Prambanan, Candi Sukuh, dan Candi Penataran.
Berangkat dari pemikiran yang sama, Dosen Seni Rupa ITB, Dr. Harry Nuriman tertarik untuk mengambil inspirasi dari bentuk trisula dan membuat versi gitar listrik yang memiliki makna simbolis dan berbobot kearifan lokal. Bersama dosen di KK Ilmu-Ilmu Kemanusiaan FSRD ITB, Harry mencoba mentransformasikan bentuk unik dari trisula menjadi sebuah instrumen musik gitar. Dalam wawancara terbaru, Harry menjelaskan bahwa penelitiannya diawali dengan melakukan wawancara kepada informan terpilih yang mewakili lima kelompok profil yang berbeda yaitu pembuat alat musik berdawai, pemain gitar profesional, penikmat musik, akademisi, dan seorang awam untuk memperkuat desain serta menerjemahkan gagasan filosofis dari trisula ke dalam bentuk gitar listrik.
Harry Nuriman juga menjelaskan bahwa body gitar yang dijadikan acuan adalah bentuk Trisula Majapahit karena bentuknya lebar sehingga memungkinkan untuk dapat disematkan peralatan elektronik di dalamnya. Lalu berdasarkan masukan dari informan lain, gitar didesain berbentuk lurus menyerupai gagang atau tombak dan headless atau tanpa kepala untuk menghindari terjadinya neck dive yaitu suatu kondisi ketika headstock gitar terasa lebih berat dari body. Setelah tahap pembuatan gitar selesai, dilakukan pengujian kepada informan terpilih untuk mendapat saran yang dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu aspek teknis yang berkaitan dengan keluaran suara dan kenyamanan pengguna, aspek afektif yang berkaitan dengan komunikasi sentik atau emosional dan juga aspek kognitif yang berkaitan dengan pemahaman informan mengenai makna dari trisula setelah menggunakan gitar.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa gitar trisula ini dapat berfungsi dengan baik dengan visual yang menarik. Gitar trisula juga memenuhi aspek afektif dan kognitif yang membuat para informan merasakan perasaan gembira, cinta, dan hormat serta juga dapat menjadi pengingat terhadap bentuk-bentuk dari trisula yang ada. Meskipun demikian, gitar ini dinilai masih memiliki kekurangan pada aspek audial yang kurang maksimal saat tidak digunakan efek apapun.
Selanjutnya, masih perlu dilakukan perhitungan biaya produksi agar TKT gitar listrik ini bisa mencapai 100% dan juga dilakukan perbaikan dari sisi audio. Selain itu, perlu juga dilakukan pengujian pada sampel yang lebih luas serta dilakukan kajian terkait fluktuasi popularitas performer saat membawakan artefak budaya tradisional yang tidak populer ke dalam pementasan budaya populer.
Dalam upaya menjaga keberlangsungan dan melestarikan budaya lokal, penggunaan kearifan lokal dapat diaplikasikan dengan ide-ide kreatif dan teknologi modern. Konsep gitar trisula yang dibuat oleh Harry Nuriman dan timnya di ITB ini merupakan salah satu contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat diterapkan pada produk-produk budaya modern yang lebih relevan dan berdaya saing dalam kancah global.
Ini juga menjadi wujud dari kepedulian terhadap nilai-nilai budaya dan seni di Indonesia, sehingga dapat dijelaskan kepada generasi muda mengenai kearifan lokal dan bagaimana berguna untuk diapresiasi. Diharapkan keberhasilan pembuatan gitar listrik bertema budaya ini dapat menginspirasi terciptanya produk-produk budaya lainnya yang memiliki unsur kearifan lokal, sehingga dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaan.
Pada akhirnya, gitar trisula ini tidak hanya sebuah produk budaya berbasis seni tapi juga sebuah alat pendidikan yang berguna untuk melestarikan kekayaan dan keberagaman budaya nusantara yang terkadang terlupakan oleh generasi muda yang terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas modern. Semoga keberhasilan produk baru ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mulai mengangkat kembali kekayaan budaya Indonesia ke level yang lebih tinggi dan disegani di kancah internasional.