Seorang dosen dari Program Studi Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Ida Ayu Preharsini, tengah menggagas penggunaan kulit nanas sebagai kandidat antioksidan yang potensial.
Penggunaan limbah kulit nanas ini dilatarbelakangi oleh kandungan senyawa bioaktif, khususnya senyawa fenolik yang dimilikinya. Antioksidan yang dihasilkan bertujuan untuk melindungi dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rentan terhadap kerusakan akibat paparan radikal bebas. Radikal bebas ini dapat berasal dari asap rokok, polusi udara, makanan tidak sehat, radiasi, dan faktor lain yang dapat merugikan kesehatan.
“Sumber radikal bebas seperti asap rokok, polusi udara, makanan yang tidak sehat, radiasi, dan lainnya dapat membahayakan kesehatan tubuh,” ungkap Ida Ayu Preharsini pada Selasa (28/11/2023).
Lebih lanjut, Ida Ayu Preharsini menjelaskan bahwa pemanfaatan kulit nanas ini juga sejalan dengan upaya mengurangi limbah kulit nanas yang umumnya tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Proses pembuatan antioksidan dari kulit nanas melibatkan pencucian, pemotongan kecil-kecil, dan penghalusan kulit nanas dengan bantuan blender dan aquades.
Setelah itu, kulit nanas yang telah diolah secara halus diserukan menggunakan autoklaf dengan suhu 121 derajat Celsius selama 15 menit. Setelah dingin, hasil akhirnya dituangkan ke dalam botol hitam dengan ukuran 100 mililiter dan diberi label.
Ida Ayu Preharsini menyoroti bahwa penggunaan bioteknologi, khususnya proses fermentasi dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae, memainkan peran penting dalam mendapatkan antioksidan yang diinginkan. Pada hari ketiga fermentasi, kulit nanas mencapai hasil total fenolik tertinggi, menjadikannya sebagai kandidat antioksidan yang menjanjikan.
“Dengan memanfaatkan bioteknologi, seperti proses fermentasi, limbah kulit nanas dapat dioptimalkan dan diubah menjadi kandidat antioksidan yang bernilai,” jelasnya.
Perlu dicatat bahwa dalam penelitian ini, Ida Ayu Preharsini dibantu oleh dosen lainnya, yaitu Laila Nugrawati, serta dua mahasiswa, Reni Usman dan Retno Daruki. Proses penelitian ini mendapatkan dukungan pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) UHO Kendari. (*)